ILMU DAN KEUTAMAANNYA
Kebodohan adalah
salah satu sebab utama seseorang terjerumus ke dalam kemaksiatan dan
kefasikan, bahkan ke dalam kemusyrikan atau kekafiran.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Kebaikan anak Adam adalah dengan iman dan amal shalih, dan tidaklah mengeluarkan mereka dari kebaikan, kecuali dua perkara:
Pertama: Kebodohan, kebalikan dari ilmu, sehingga orang-orangnya akan menjadi sesat.
Kedua:
Mengikuti hawa-nafsu dan syahwat, yang keduanya ada di dalam jiwa.
Sehingga orang-orang akan mengikuti hawa-nafsu dan dimurkai (oleh
Allah)”. (Majmu’ Fatawa 15/242)
Demikian
juga orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan kebodohan, maka
sesungguhnya mereka lebih banyak merusak daripada membangun! Sebagaimana
dikatakan oleh sebagian Salafush Shalih
:
:
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِجَهْلٍ , أَفْسَدَ أَكْثَرَ مِماَّ يُصْلِحُ
Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. (Majmu’ Fatawa 25/281)
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Oleh
karena bahaya penyakit kebodohan yang begitu besar, maka agama
memberikan resep obat untuk menghilangkan penyakit tersebut. Yaitu
mewajibkan para pemeluknya untuk menuntut ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, no:224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]
Demikian juga Alloh Ta’ala memerintahkan kepada umat untuk bertanya kepada ulama mereka. Firman Alloh:
فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. 21:7)
YANG DIMAKSUD DENGAN ILMU
Yang dimaksudkan ilmu di sini adalah ilmu syar’i, ilmu yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya, dan diwariskan kepada para ulama pewaris para Nabi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا
مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا
رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ
فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ
الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ
الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا
دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Barangsiapa
meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya –dengan hal itu- Allah
jalankan dia di atas jalan di antara jalan-jalan sorga. Dan sesungguhnya
para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap
thalibul ilmi (pencari ilmu agama). Dan sesungguhnya seorang ‘alim itu
dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan
oleh ikan-ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim
atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh
bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para
Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu.
Baramngsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang
banyak. [HR.
Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi no:3641; Ibnu Majah no:
223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim Al-Hilali di
dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]
Marilah
kita perhatikan hadits yang agung ini. Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu pada awal kalimat,
dan keutamaan ‘alim (orang yang berilmu) pada pertengahan kalimat, lalu
pada akhir kalimat beliau n menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksudkan
adalah ilmu yang diwariskan para Nabi, yaitu ilmu agama yang haq!
Syeikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Telah diketahui
bahwa ilmu yang diwariskan oleh para Nabi adalah ilmu syari’at Allah
‘Azza wa Jalla, bukan lainnya. Sehinga para Nabi tidaklah mewariskan
ilmu tekhnologi dan yang berkaitan dengannya kepada manusia.” [Kitabul
ilmi, hal: 11, karya Syeikh Al-Utsaimin]
Ini
bukan berarti bahwa ilmu dunia itu terlarang atau tidak berfaedah.
Bahkan ilmu dunia yang dibutuhkan oleh umat juga perlu dipelajari dengan
niat yang baik.
Beliau
juga berkata: “Yang kami maksudkan adalah ilmu syar’i, yaitu: ilmu yang
yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, yang berupa
penjelasan-penjelasan dan petunjuk. Maka ilmu yang mendapatkan pujian
dan sanjungan hanyalah ilmu wahyu, ilmu yang diturunkan oleh Allah”.
[Kitabul ilmi, hal: 11, karya Syeikh Al-Utsaimin]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
نَضَّرَ
اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ
غَيْرِ فَقِيهٍ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ
Semoga
Allah mengelokkan wajah seseorang yang telah mendengar perkataanku,
lalu dia menyampaikannya. Terkadang orang yang membawa fiqih (ilmu;
pemahaman; hadits Nabi) bukanlah ahli fiqih. Terkadang orang yang
membawa fiqih membawa kepada orang yang lebih fiqih (faham) darinya. [HR. Ibnu Majah no:230, dan ini lafazhnya; Ahmad 5/183; Abu Dawud no: 3660; dan lainnya]
Imam
Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata: “Beliau n menamakan perkataan
beliau dengan nama ilmu, bagi orang yang merenungkan dan memahaminya”.
[Jami’ Bayanil Ilmi Wa Fadhlihi]
Oleh
karena itulah wahai saudara-saudaraku yang tercinta, istilah ilmu
tidaklah dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya kecuali terhadap ayat-ayat
Al-Qur’an, sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, atau
kesepakatan seluruh umat terhadap suatu perkara yang menghilangkan
perselisihan, dan apa-apa yang dapat mendekatkan kepadanya. [Diambil
dari perkataan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam kitab Bahjatun Nazhirin
2/461]
Inilah
kewajiban kita, kaum muslimin, baik terpelajar atau awam. Kita wajib
mengetahui dan memahami apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan
apa-apa yang Dia larang.
KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
Sesungguhnya
keutamaan menuntut ilmu sangat banyak, di sini cukuplah kami sebutkan
beberapa faedah dari hadits di atas yang telah kami sampaikan:
- Allah memudahkan jalan ke sorga bagi orang yang menuntut ilmu.
- Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi.
- Seorang ‘alim dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air.
- Keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.
- Para ulama itu pewaris para Nabi.
Semoga
Alloh memberikan semangat kepada kita semua untuk menuntut ilmu agama
dan mengamalkannya, sehingga meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
0 comments:
Post a Comment