Thursday, August 30, 2012

Ini Risikonya Membiarkan Sperma Jelek Buahi Sel Telur

Ini Risikonya Membiarkan Sperma Jelek Buahi Sel Telur -

Banyak pasangan kurang beruntung yang sangat terobsesi memiliki keturunan dan bersedia melakukan apa saja agar dapat mewujudkan keinginannya. Salah cara yang ditempuh adalah dengan prosedur bayi tabung. Pada pasangan yang sudah berumur di mana sperma sang pria sudah tak lagi berkualitas, akibatnya bisa mengkhawatirkan.

Dalam metode pembuahan bayi tabung ada teknik yang disebut ICSI atau Intra-cytoplasmic sperm injection, yaitu metode pembuahan bayi tabung dengan cara menyuntikkan satu sel sperma ke dalam sel telur.
Teknik satu sperma sering dilakukan jika si pria memiliki jumlah sperma yang rendah, banyak sperma yang abnormal, atau dalam kasus ekstrem, tidak memiliki sperma sama sekali. Segala kondisi ini menyebabkan sperma memiliki kemungkinan yang sangat kecil dapat menghasilkan pembuahan.

"Banyak orang berpendapat, tentunya satu sperma pun kualitasnya sama baik dengan yang lain. Itu salah. Sperma yang pertama sampai ke sel telur sebelum seluruh sperma lainnya adalah sperma yang paling unggul, lebih cepat, lebih kuat, lebih dari yang lain," kata dr Miriam Stoppard, pakar kesehatan keluarga terkemuka dari London seperti dilansir Daily Mirror, Minggu (8/7/2012)).

Menurut dr Stoppard, perjalanan berbahaya untuk membuahi sel telur berguna untuk memastikan bahwa hanya sperma yang terkuatlah yang keluar sebagai pemenang. Namun dengan metode bayi tabung, hal ini tidak terjadi.

Sperma yang digunakan belum diuji lewat metode apapun dan bisa jadi kurang berkualitas. Dalam prosedur ini, telur ditempatkan di bawah mikroskop kemudian disuntikkan dengan satu sperma dari pasangan pria. Jika sel telur telah dibuahi, hasil pembuahan ditempatkan di dalam rahim wanita agar siap untuk implantasi. Proses ini dikenal dengan 'transfer embrio'.

"Para dokter dan ilmuwan selalu khawatir dengan kondisi fisik bayi yang dihasilkan dengan metode satu sperma ini. Beberapa penelitian baru-baru ini menegaskan bahwa ketakutan tersebut benar adanya. Data menunjukkan adanya kenaikan risiko cacat lahir yang signifikan," kata dr Stoppard.

Para peneliti di University of Adelaide di Australia Selatan melakukan penelitian ilmiah yang besar untuk mencari jawaban atas kekhawatiran ini. Hasil temuan dari analisis terhadap 300.000 lebih kelahiran menunjukkan bahwa tingkat cacat lahir pada metode satu sperma adalah 1 dari 10 kelahiran.

Jumlah tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan kelahiran tanpa bantuan, di mana tingkat kecacatannya sekitar 6 dari 100 kelahiran. Temuan ini juga menegaskan bahwa bukan metodenya yang menyebabkan cacat pada bayi, melainkan sperma yang digunakan telah rusak dan kurang berkualitas.
Kualitas sperma yang rendah juga dicurigai menyebabkan anak yang lahir mengidap autis, namun belum banyak penelitian yang mengkonfirmasi hal ini. Selain karena usia, sperma juga bisa menurun kualitasnya karena gaya hidup seperti merokok dan banyak makan makanan beremak, juga karena testis banyak terpapar panas.

0 comments: