
Namaku Anggun, aku
seorang perempuan berusia 27 tahun dan aku sudah menikah sejak dua tahun
yang lalu. Walaupun aku belum mempunyai anak tetapi hubunganku dan
suamiku tetap harmonis saja karena memang suamiku memintaku untuk
melakukan KB dengan pil sehingga mencegah kehamilan karena memang dia
belum siap mempunyai momongan karena tanggung jawabnya memang sangat
besar. Lagi pula sekarang dia belum menetap di satu kota karena dia
bekerja di perusahaan yang sering menugaskannya untuk berpindah lokasi
dinas. Setelah menikah saja setidaknya kami sudah pindah di tiga kota.
Sehingga tak ada kesempatan untuk merencanakan kehidupan menetap di satu
kota saja dan itu juga alasan mengapa kami memilih tinggal di tempat
kost karena lebih mudah jika suatu waktu suamiku dipindah tugas lagi.
Suamiku bernama Bramantya, aku memanggilnya mas Bram, dia berusia dua
tahun diatasku. Sifatnya yang penyabar dan kebapakan benar-benar
membuatku semakin beruntung saja memiliki suami sehebat dirinya. Kalau
soal ganteng sih, wajahnya cuman biasa-biasa saja walaupun dulu waktu
kami pacaran sempat ada perempuan lain yang juga naksir padanya. Tempat
kost kami ini berlantai tiga di mana tiap lantainya dihuni oleh berbagai
macam jenis orang mulai dari pedagang, sales, pegawai kantor hingga
mahasiswa. Lantai pertama dihuni oleh pembantu yang merangkap tukang
cuci dan seterika, penjaga kost dan beberapa kamar dihuni oleh para
pegawai dari sebuah instansi pemerintah. Lantai kedua adalah yang paling
ramai karena terdapat 15 kamar didalamnya dan lantai kedua ini
benar-benar tertutup dari bagian luar karena satu-satunya penghubung
dengan bagian luar bangunan adalah jendela di sebuah balkon kecil
sementara itu untuk ventilasi hanya terdapat jendela-jendela berteralis
yang berukuran sangat kecil di tiap kamar. Aku dan suamiku tinggal di
lantai dua ini. Lantai tiga terdapat sedikit kamar yang bercampur dengan
tempat untuk menjemur pakaian. Di lantai ini aku tidak begitu kenal
dengan penghuninya karena mereka bekerja larut malam dan baru pulang
pagi harinya.Saat itu aku sedang membaca sebuah majalah ketika aku
mendengar hp ku berbunyi. Ternyata mas Bram meneleponku untuk
mengabarkan kalau nanti malam dia lembur dan mungkin baru bisa pulang
besok karena kebetulan dengan kepindahan bosnya yang sekarang dan
pergantian dengan bos yang baru membuat banyak pekerjaan kantor harus
lebih cepat diselesaikan sebelum tenggat waktu yang seharusnya. Aku
maklumi itu karena aku tahu kalau suamiku merupakan pekerja yang rajin
dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Aku melongok ke jam
dinding. Sekarang sudah pukul 10 malam dan aku sendiri bingung mau
ngapain karena jujur saja di kamar kost kami sama sekali tidak ada
hiburan kecuali televisi. Kebetulan acaranya malam itu membosankan
sehingga bertambah lengkap kebosananku terhadap malam ini. Biasanya jam
segini sih aku dengan mas Bram sedang ngobrol atau setidaknya bisa tidur
bareng sehingga aku tidak merasa sendirian seperti sekarang ini. ‘Tok
tok tok’ aku mendengar suara pintu kamarku diketuk. Apakah mas Bram
pulang malam ini? Mungkin saja pekerjaannya lebih cepat selesai sehingga
dia dapat pulang lebih cepat. Setelah kubuka
bukannya aku gembira tapi malah kecewa. Ternyata yang mengetuk pintuku
adalah seorang tetangga kost yang kamarnya berada di sebelah kamarku.
Namanya Rusdi, dia seorang sales di sebuah perusahaan mobil ternama dan
dia sudah cukup lama tinggal di tempat ini.
“Ada apa mas Rusdi? Kok malam-malam belum tidur?” tanyaku berusaha sopan
walaupun aku mencium bau alkohol dari mulutnya itu. Tidak begitu keras
sih tetapi mengganggu juga lama-lama.
“Anu mbak. Saya ada perlu sebentar kok. Ada yang mau saya bicarakan.”
Kata Rusdi sambil melongok kekamarku dan sepertinya dia melihat kalau
suamiku tidak ada didalam.
“Aduh, mas Bram belum pulang tuh. Nanti aja kalau udah pulang saya minta
dia supaya ke kamarnya mas Rusdi aja.” Jawabku sambil berusaha menutup
pintu tetapi terhalang oleh salah satu tangan Rusdi.
“Wah kebetulan mbak. Yang mau saya bicarakan tuh nggak ada hubungannya
dengan mas Bram tapi sama mbak Anggun aja kok.” Jawabnya dan jawaban itu
benar-benar membuatku tambah bingung aja. Apa sebenarnya mau si Rusdi
ini.
“Begini mbak. Maksud kedatangan saya kemari adalah untuk meminta
pertimbangan mbak Anggun. Soalnya saya malu untuk minta pertimbangan
dari cewek lain di kost ini.” jelasnya walaupun dalam hati aku masih
bingung juga maksud dari pembicaraannya ini.
“Maksudnya meminta pertimbangan apa yah?” kataku mencoba untuk memperjelas perkataannya barusan.
“Begini mbak. Besok khan teman perempuan saya mau merayakan ulang tahun
dan kebetulan saya cukup dekat dengan dirinya. Nah saya itu bingung mau
ngasih kado apa, tapi kata temen ceweknya dia pernah curhat kalau lagi
pengen beli satu set pakaian dalam yang dari merk ternama. Masalahnya
saya khan nggak tau ukurannya berapa. Kalau saya tanya langsung khan
jadi nggak surprise lagi mbak.” jelas Rusdi sambil menatapku tajam.
Aku mencoba untuk menghindari tatapannya itu tapi sepertinya susah juga
mengingat dia duduk di depanku saat ini dan ruangan kost ini juga
sempir.
“Terus? Saya khan juga nggak tahu temannya mas Rusdi itu badannya
seperti apa. Jadi bagaimana mungkin saya bisa memberikan solusi buat
mas?” jelasku lagi padanya.
Rusdi tersenyum. “Kalau itu sih nggak usah khawatir mbak. Karena postur
tubuh teman saya itu sama persis dengan mbak walaupun nggak secantik
mbak Anggun.” katanya lagi. Terus terang saja aku enggan memberi tahu
nomor pakaian dalamku kepada orang luar tetapi sepertinya cuma itu
satu-satunya cara agar dia segera keluar dari kamar ini. Akhirnya aku
memberikan nomor ukuran pakaian dalamku kepada Rusdi dan pria itupun
akhirnya beranjak pergi dari kamarku setelah sebelumnya mengucapkan
terima kasih dengan sedikit senyuman tersungging di bibirnya.
Aku Seorang Istri yang Ternoda | Exelroze.info Paginya mas Bram pulang
sekitar jam 6 pagi lalu tertidur. Hari itu dia bilang kalau dia
diliburkan oleh bos-nya karena sudah semalaman lembur. Seperti biasa aku
merawat seluruh keperluannya dan menyiapkan makanan untuknya jika sudah
terbangun nanti, seperti layaknya seorang istri yang setia pada
suaminya.
“Siang mbak Anggun, tumben jam segini baru belanja.” sapa seorang teman
kost yang merupakan mahasiswa tingkat akhir. Namanya Erdi, dia asli dari
sebuah kota kecil di Jawa Timur. Terbiasa dengan kerja keras sejak
kecil membuatnya terlihat mempunyai tubuh yang kekar dan berotot. Macam
binaragawan saja batinku dalam hati tiap melihat lekuk tubuh pemuda ini.
“Iya nih, soalnya mas Bram baru saja pulang tadi jam 6 soalnya lembur
jadi nggak sempat belanja. Kuliah jam siang yah?” tanyaku pada Erdi dan
pemuda ini mengiyakan sambil tersenyum ramah.
Lalu dia buru-buru menstater motor tuanya untuk menuju kampus tempatnya
kuliah. Dia mungkin salah satu penghuni kost yang baik-baik menurutku
karena tidak pernah macam-macam. Sekitar dua hari kemudian aku
dikejutkan dengan sebuah paket yang ditujukan padaku. Aku buka paket itu
dan betapa terkejutnya aku karena isi paket itu adalah satu set pakaian
dalam yang super seksi bewarna hitam dan ukurannyapun sesuai dengan
ukuran tubuhku. Aku heran dan menebak-nebak siapa yang mengirim ini
semua dan jawabanku adalah Rusdi. Mengingat cuma dia seorang yang
mengetahui ukuran pakaian dalamku selain mas Bram. Lagipula dia pernah
berkonsultasi untuk hal ini sebelumnya. Aku melihat kearah pintu kamar
Rusdi dan sepertinya dia tidak ada di kost waktu itu, aku bermaksud
untuk mengembalikan pakaian dalam ini kepadanya. Jujur saja aku merasa
sangat terganggu, untungnya mas Bram tidak ada disini sekarang ini.
Malamnya aku mendapatkan telepon dari mas Bram kalau dia sedang ada
pekerjaan lembur malam ini dan sekali lagi aku ditinggal sendirian dalam
sepi di tempat kost ini.
Sekitar jam 10 malam pintu kamarku diketok oleh seseorang. Begitu kubuka
langsung aku kaget karena yang datang adalah Rusdi tetangga kost ku.
“Mas Rusdi ada apa malam-malam gini?” tanyaku dengan nada tidak menyenangkan.
Sekali lagi aku mencium aroma alcohol dari mulut pria ini.
“Begini mbak, saya ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan mbak Anggun. Ini penting mbak.” katanya padaku.
Aku dari awal sudah tidak senang dengan cara orang ini berperilaku langsung saja aku utarakan kegusaranku terhadapnya.
“Mas Rusdi, begini yah mas. Jujur aja saya nggak begitu suka dengan cara
mas Rusdi selama ini. Ini udah kelewatan mas. Buat apa sih mas kirim
paket yang tidak senonoh seperti itu?” kataku dengan nada keras.
Sejenak terbersit raut wajah bingung di wajahnya tetapi aku sudah
terlanjur dongkol terhadap pria ini sehingga tidak aku gubris sama
sekali.
“Maksud mbak ini apa? Paket apaan?” tanyanya pura-pura tidak tahu.
“Udah deh mas. Saya juga udah males menjelaskan. Saya mau tidur, permisi.” kataku ketus sambil menutup pintu kamar.
Aku sudah benar-benar muak dengan pria ini. Apa sih maunya sebenarnya.
Sekitar seminggu kemudian, mas Bram mendapatkan tugas dari kantornya
untuk pergi keluar kota selama 3 hari 2 malam. Kantornya menyuruh mas
Bram untuk membenahi permasalahan di kantor cabang yang ada dikota itu.
Mas Bram berkata kalau dia berhasil menyelesaikannya dengan baik maka
dia bisa dipromosikan menjadi manager operasional di kantornya sekarang
berhubung posisi tersebut sedang kosong. Maka sebagai istri aku hanya
bisa rela saja, toh kalo dia dipromosikan sebagai manager maka kami akan
mendapatkan rumah dinas sehingga tidak perlu kost lagi.
Aku Seorang Istri yang Ternoda | Exelroze.info Malam harinya aku pergi
keluar kost untuk mencari makan di luar, dan seperti biasa aku
membungkusnya karena aku kurang nyaman jajan di luar tanpa suamiku. Saat
aku sampai di kost aku melihat suasana kost sudah sepi, Erdi tak
terlihat disini karena biasanya dia selalu stand by di pintu masuk kost
ini seperti satpam saja pikirku. Mungkin dia masih sibuk mengerjakan
skripsinya sehingga harus kembali menginap di rumah temannya.
Lantai satu seperti tanpa penghuni begitu juga lantai dua. Semuanya sepi
bahkan di saat seperti ini aku sempat berharap kalau Rusdi ada di kost
karena sejujurnya aku ini tipe orang yang penakut jika sendirian.
Sejenak aku mendengar suara tape dari lantai 3, aku lega karena ternyata
ada orang juga di kost ini selain aku. Jam 11 malam dan suasana kost
masih tidak berubah, hanya terdengar suara kaset tape dari lantai tiga
dan nyanyian merdu dari Bryan Adams. Saat aku akan tertidur tiba-tiba
pintu kamar terbuka. Memang aku tidak menguncinya tetapi aku yakin kalau
aku sudah menutupnya dengan rapat sehingga tidak mungkin ada angin yang
mendorongnya. Dengan was-was aku melihat apakah ada orang dibalik pintu
itu dan ternyata tidak ada. Ah mungkin cuma angin dan aku juga tidak
begitu yakin telah menutup dengan benar pintu tersebut, pikirku dalam
hati.
Saat aku akan menutup pintu itu kembali tiba-tiba muncul sebuah tangan
pria yang langsung mencekal tanganku sementara tanganku yang satunya
langsung dicekal ke belakang tubuh dengan kasar. Aku mencoba berteriak
tetapi belum sempat suaraku keluar, pria tersebut membanting tubuhku ke
atas tempat tidur. Aku mencoba berontak tapi apalah daya karena tenaga
pria ini benar-benar diatasku jauh. Pria ini menindihku yang sedang
kesakitan karena bantingan tadi dan langsung mencoba melucuti pakaianku
yang kala itu hanya menggunakan daster warna jingga. Aku melihat pria
bertopeng ini dengan ketakutan yang amat sangat, aku tahu apa yang ingin
dia lakukan kepadaku namun aku tak mampu untuk melawan dirinya itu. Dia
sepertinya tidak sabar lagi dan merobek pakaianku sehingga sekarang aku
tinggal mengenakan celana dalam mengingat aku tidak pernah memakai bra
tiap kali aku tidur.
Teriakan dan umpatanku juga tidak dia tanggapi sama sekali, pria ini
hanya membisu sambil terus berusaha melucuti seluruh pakaianku hingga
akhirnya lolos juga celana dalamku ditangan pria ini. Dia sepertinya
terkesima melihat kemaluanku yang rapih tercukur. Dengan kulit putih
mulusku ini memang sangat menggoda, bahkan mas Bram yang sudah sering
bercinta dengankupun tidak ada bosan-bosannya melihat tubuhku ini.
Pria itu lalu membuka celananya dan membetot keluar batang kemaluannya.
Sekarang keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Teriakanku sepertinya
tidak ada yang mendengarkan, mungkin karena struktur lantai dua kost ini
yang sangat tertutup sehingga kedap suara. Aku sadar sebentar lagi pria
misterius ini akan menyetubuhi diriku. Penisnya yang begitu besar
bahkan sudah membuatku merasa ngilu hanya dengan melihatnya saja. Bahkan
milik mas Bram saja paling hanya dua pertiga dari milik pria ini.
Pria itu lalu mengangkat kedua pahaku dan menekannya kearah perutku
sehingga aku menjadi sedikit sesak nafas. Aku yang sudah lemas melawan
dari tadi hanya bisa pasrah melihat detik-detik dimana ujung kemaluan
pria itu semakin lama semakin dekat saja dengan bibir vaginaku. Seperti
yang kutakutkan sebelumnya, akhirnya pria itupun melesakkan batang
kemaluannya yang sangat besar itu melewati himpitan bibir kewanitaanku
yang masih rapat ini. Aku menjerit dan memohon ampun supaya dia tidak
memperkosaku tetapi apa daya karena jeritanku tidak diindahkannya sama
sekali. Sekarang bahkan ujung kemaluannya sudah melesak seluruhnya
kedalam vaginaku tinggal bagian batang dan pangkalnya saja yang masih
ada diluar.
“Akhh…sakit. Ampun! Jangan perkosa saya!” jeritku memelas tapi lagi-lagi tak ada reaksi dari pria ini.
Dia malah semakin mempercepat proses penetrasinya sehingga membuat
rongga vaginaku semakin sakit saja. Bibir kemaluanku bahkan seperti
robek menjadi dua karena dipaksa menerima batang kejantanan sebesar
bonggol jagung itu. Lagi-lagi aku menjerit tetapi kali ini hanya jeritan
kecil dan lemah karena aku sudah kehabisan tenaga untuk berteriak dan
menjerit lagi.
Sekarang tinggal suara desahan dan rintihan pelan yang terdengar tiap
kali pria ini menyodokkan batang kemaluannya nyang besar itu didalam
vaginaku dan mengaduk-aduknya dengan berbagai macam arah dan gaya.
Setelah sekian lama baru kali ini aku kembali merasakan seperti
diperawani untuk yang kedua kalinya. Dulu aku juga pernah merasakan rasa
sakit seperti ini ketika diperawani oleh mas Bram, suamiku. Pria itu
diam tak bicara ketika mendengar aku meminta ampun dan merintih
kesakitan. Dia bahkan sepertinya semakin bernafsu saja begitu mendengar
aku yang semakin lemah tak berdaya ini menjerit dan merintih. Dalam lima
belas menit kemudian pria ini mempercepat sodokannya dan dia
mengakhirinya dengan sebuah sodokan yang kencang dan dalam pada
vaginaku. Aku mendongakkan kepalaku menahan rasa sakit yang hebat ketika
pria itu menyetubuhiku dengan kasarnya. Sesaat kemudian aku merasakan
penis raksasa itu berkedut keras lalu aku merasakan adanya cairan hangat
membasahi rongga rahimku. Aku shock bukan main ketika menyadari kalau
pria ini berejakulasi didalam rongga kemaluanku. Aku takut hamil dan
terlebih lagi aku jijik menyadari kalau ada pria asing yang tak kukenal
memperkosaku dan menyemprotkan cairan spermanya di dalam vaginaku. Aku
pingsan entah untuk berapa lama.
Begitu aku bangun aku mendapati sudah nyaris pagi dan tubuhku yang
tergolek tanpa mengenakan sehelai benangpun ini merasakan dingin luar
biasa. Kepalaku sedikit pusing dan mencoba untuk menyadarkan diri
sendiri kalau aku telah diperkosa oleh orang asing. Tangisku tak pelak
lagi meledak memenuhi ruangan ini. Tanganku meraba selangkanganku dan
mendapati sedikit noda darah segar disertai cairan putih kental yang
sangat banyak yang aku tahu itu adalah sperma dari pemerkosaku tadi.
Entah sudah berapa kali dia memperkosaku sampai cairan maninya keluar
begitu banyak dari kemaluanku ini. Sesaat kemudian terdengar suara sms
masuk. Aku buka sms itu dan aku terkejut ketika sms itu berasal dari
pemerkosaku yang berbunyi “Aku sudah ambil foto kamu pas lagi bugil.
Awas kalau sampai lapor polisi. Aku bakalan sebarin keseluruh orang.”
Seketika aku lemas tak berdaya dan beberapa saat kemudian sms dari mas
Bram muncul menanyakan keadaanku. Aku jawab kalau aku baik-baik saja dan
menyuruhnya cepat pulang. Seandainya dia tahu kalau istri tercintanya
telah habis dinikmati tubuhnya oleh orang lain entah apa reaksi suamiku
itu.
0 comments:
Post a Comment