Cerita Dewasa Ngentot Di Kamar Mandi Halo kenalkan, aku Panji Anugerah
(nama samaran). Seorang pria berusia 37 tahun, menikah, dengan seorang
wanita yang sangat cantik dan molek. Aku dikaruniai Tuhan 2 orang anak
yang lucu-lucu. Rumah tanggaku bahagia dan makmur, walapun kami tidak
hidup berlimpah materi.
Boleh dibilang sejak SMA aku adalah pria idaman wanita. Bukan karena
fisikku yang atletis ini saja, tapi juga karena kemampuanku yang hebat
(tanpa bermaksud sombong) dalam bidang olahraga (basket dan voli, serta
bulu tangkis), seni (aku mahir piano dan seruling) dan juga pelajaran
(aku menduduki peringkat ketiga sebagai pelajar terbaik di SMAku).
Bedanya waktu di SMA dahulu, aku tidak terlalu tertarik dengan hal-hal
seperti seks dan wanita, karena saat itu konsenterasiku lebih terfokus
pada masalah akademisku.
Bakat playboyku mulai muncul setelah aku menjadi seorang kepala rumah
tangga. Aku mulai menyadari daya tarikku sebagai seorang pria normal dan
seorang pejantan tangguh. Sejak diangkat sebagai kabag bagian pemasaran
inilah, pikiran-pikiran kotor mulai singgah di otakku. Apalagi aku juga
hobi menonton film-film biru.
Wanita lain yang sempat hadir dihatiku adalah Maya. Dia adalah rekan
kerjaku, sesama pegawai tapi dari jurusan berbeda, Accounting. Dia
berasal dari Surakarta, tinggal di Bandung sudah lama. Kami sempat
menjalin hubungan gelap setahun setelah aku menikah dengan Lilis,
istriku. Hubungan kami tidak sampai melakukan hal-hal yang menjurus
kepada aktivitas seksual. Hubungan kami hanya berlangsung selama 6
bulan, karena dia pindah ke lain kota dan dinikahkan dengan orang tuanya
dengan pria pilihan mereka. Dasar nasib!!! Niatku berpoligami hancur
sudah. Padahal aku sudah berniat menjadikannya istri keduaku, walau
istri pertamaku suka atau tidak. Karena frustasi, untuk beberapa bulan
hidupku terasa hampa. Untungnya sikapku ini tidak bertahan lama, karena
di tahun yang sama aku berkenalan dengan seorang teman yang mengajariku
gaya hidup sehat, bodybuilding.
Saat itu, sekitar tahun 1998, yang namanya olahraga fitness, bukanlah
suatu trend seperti sekarang. Peminatnya masih sedikit. Gym-gympun masih
jarang. Sejujurnya aku malas berbodybuilding seperti yang dilakukan
temanku itu. Apalagi saat itu sedang panas-panasnya isu politik dan
kerusuhan sosial. Belum lagi adanya krismon yang benar-benar merusak
perekonomian Indonesia. Untungnya perusahaan tempatku bekerja cukup kuat
bertahan badai akibat krismon, hingga aku tidak turut diPHK. Namun
temanku yang sangat baik itu terus memotivasiku, hingga tak sampai 3
bulan, aku yang tadinya hanya seorang pria berpostur biasa-biasa
saja-walaupun aku bertubuh atletis, menjadi seorang atlet bodybuilding
baru yang cukup berprestasi di kejuaraan-kejuaraan daerah maupun
nasional. Hebatnya lagi kantorku dan seluruh keluargaku ikut mendukung
semua aktivitasku itu. Kata mereka ”kantor kita punya Ade Rai baru,
hingga kita tidak perlu satpam atau bodyguard baru” suatu anekdot yang
sudah menjadi santapanku berhari-hari.
Semakin berlalunya waktu, aktivitas bodybuilderku kukurangi. Apalagi aku
sudah diangkat menjadi kabag pemasaran sekarang, di mana keuntungan
mulai berpihak pada perusahaan tempatku bekerja. Aku mulai bertambah
sibuk sekarang. Namun untuk menjaga fisikku agar tetap bugar dan prima,
aku tetap rutin basket, voli, dan bersepeda. Hanya 2 kali seminggu aku
pergi ke tempat fitness. Hasilnya tubuhku tetap kelihatan atletis dan
berotot, namun tidak sebagus ketika aku menjadi atlet bodybuilding
dadakan.
Sewaktu aku menjadi atlet bodybuilding, banyak wanita melirikku.
Beberapa di antaranya mengajakku berkencan. Tapi karena saat itu aku
sedang asyik menekuni olahraga ini, tanggapan dan godaan mereka tidak
kutanggapi. Salah satu yang suka menggodaku adalah Mia. Dia adalah
puteri tetangga mertuaku. Baru saja lulus SMA, dan dia akan
melanjutkannya ke sebuah PTn terkenal di kota Bandung. Gadis itu suka
menggoda di setiap mimpiku dan bayangannya selalu menghiasi pikiranku
saat aku menyetubuhi istriku. Kisahku dengan Mia akan kuceritakan lain
waktu.
Seperti biasanya, aku bangun pagi. Pagi itu aku bangun pukul 04.30 pagi.
Setelah cuci muka, aku mulai berganti pakaian. Aku akan melakukan
olahraga pagi. Udara pagi yang sehat memang selalu memotivasiku untuk
jogging keliling kompleks perumahanku. Dengan cuek aku memakai baju
olahraga yang cukup ketat dan pas sekali ukurannya di tubuh machoku ini.
Kemudian aku mengenakan celana boxer yang juga ikut mencetak pantatku
yang seperti dipahat ini. Aku sengaja bersikap demikian demi mewujudkan
impianku, menggoda Mia dengan keindahan tubuhku. Menurut kabar, dia juga
suka jogging. Niatku bersenang-senang dengan Mia memang sudah lama
kupendam. Namun selama ini gadis itu selalu membuatku gemas dan
penasaran. Dia seperti layangan yang diterbangkan angin, didekati
menjauh, dijauhi mendekat.
Tak berapa lama jogging, tubuhku pun sudah mulai keringatan. Peluh yang
membasahi kaus olahragaku, membuat tubuh kokoh ini tercetak dengan
jelas. Aku membayangkan Mia akan terangsang melihatku. Tetapi sialnya,
pagi itu tidak ada tanda-tanda Mia sedang berjogging. Tidak kelihatan
pula tetanggaku lainnya yang biasa berjogging bersama. Padahal aku sudah
berjogging sekitar 30 menit. Saat itu aku baru sadar, aku bangun
terlalu pagi. Padahal biasanya aku jogging jam 06.00 ke atas. Dengan
perasaan kecewa aku balik ke rumah mertuaku. Dari depan rumah itu tampak
sepi. Aku maklum, penghuninya masih tertidur lelap. Tadi pun saat aku
bangun, tidak terdengar komentar istriku karena dia sedang terlelap
tidur setelah semalaman dia menemani anakku bermain playstation. Saat
aku berjalan ke arah dapur untuk minum, aku melihat ibu mertuaku yang
seksi itu sedang mandi. Tampaknya dia sudah bangun ketika aku berjogging
tadi.
Kamar mandi di rumah mertuaku memang bersebelah-sebelahan dengan
dapurnya. Setiap kali anda ingin minum, anda harus melewati kamar mandi
itu. Seperti disengaja, pintu kamar mandi itu dibiarkan sedikit terbuka,
hingga aku bisa melihat bagian belakang tubuh molek mertuaku yang
menggairahkan itu dengan jelas. Mertuaku walaupun usianya sudah kepala
4, tapi masih kelihatan seksi dan molek, karena dia sangat rajin merawat
tubuhnya. Dia rajin senam, aerobik, body language, minum jamu, ikut
diet sehat, sehingga tak heran tubuhnya tidak kalah dengan tubuh wanita
muda usia 30-an.
Melihat pemandangan syur itu, kontan batangku mengeras. Batang besar,
panjang, dan keras itu ingin merasakan lubang hangat yang nikmat, basah,
dan lembab. Batang itu juga ingin diremas-remas, dikulum, dan
memuncratkan pelurunya di lubang yang lebih sempit lagi. Sambil
meremas-remas batangku yang sudah mulai tegak sempurna ini, kuperhatikan
terus aktivitas mandi mertuaku itu. Akhirnya timbul niatku untuk
menggaulinya. Setelah menimbang-nimbang untung atau ruginya, aku pun
memutuskan nekat untuk ikut bergabung bersama ibu mertuaku, mandi
bersama. Kupeluk dia dari belakang, sembari tanganku menggerayang liar
di tubuh mulusnya. Meraba mulai dari leher sampai kemaluannya. Awalnya
ibu mertuaku kaget, tetapi setelah tahu aku yang masuk, wajah cantiknya
langsung tersenyum nakal.
”Panji, nakal kamu” katanya sambil balas memelukku. Dia berbalik,
langsung mencium mulutku. Tak lama kami sudah berpagut, saling cium,
raba, dan remas tubuh masing-masing. Dengan tergesa kubuka bajuku
dibantu mertuaku hingga aku sudah bertelanjang bulat. Batangku pun
mengacung tegang, besar, dan gagah.
Kami pun melakukan pemanasan sekitar 10 menit dengan permainan oral yang
nikmat di batangku, sebelum kemaluannya kutusuk dengan batangku.
Permainan birahi itu berlangsung seru. Aku menyetubuhinya dalam posisi
doggy style. Aku merabai payudaranya yang kencang itu, meremas-remasnya,
mempermainkan putingnya yang sudah mengeras. 30 menit berlalu, ibu
mertuaku sudah sampai pada puncaknya sebanyak 2 kali. 1 kali dalam
posisi doggy, 1 kali lagi dalam posisi berhadap-hadapan di dinding kamar
mandi. Namun sayangnya, batangku masih saja mengeras. Aku panik
karenanya. Aku khawatir jika batangku ini masih saja bangun sementara
hari sudah mulai pagi. Aku khawatir kami akan dipergoki istriku. Rupanya
mertuaku mengerti kepanikanku itu. Dia kembali mengoral batangku yang
masih bugar dan perkasa ini, lalu dia berbisik mesra,
”Jangan khawatir panji sayang, waktunya masih lama” katanya nakal.
Aku bingung mendengar ucapannya, tapi kubiarkan aktivitasnya itu sambil
terus mendesah-desah nikmat. Tiba-tiba ibu mertuaku menghentikan
perbuatannya itu. Dia langsung berdiri. Melihat itu, aku pun protes,
”Lho, bu, aku khan belum keluar?” suaraku parau, penuh birahi.
”Sabar sayang, kita lanjut di kamarku saja yuk” katanya mesra.
Aku pun tambah bingung. ”Tapi khan ada bapak?” suaraku masih saja parau, karena birahi.
”Tenang saja, bapakmu itu sudah pergi tak lama setelah kamu jogging
tadi, dia ada tugas ke Jawa” sahut ibu mertuaku sambil mengemasi pakaian
olahragaku yang tercecer di kamar mandi dan kemudian menggandengku ke
arah kamarnya. Begitu sampai di kamarnya, aku disuruhnya telentang di
ranjang, sementara dia mengelap sisa-sisa air, keringat, dan sabun di
tubuhnya dengan handuk kering yang sudah ada di kamarnya. Lalu dia
melakukan hal yang sama padaku. Setelah itu dia langsung saja mengambil
posisi 69, mulai mengoral batangku kembali. Tak lama nafsuku pun bangkit
kembali. Kali ini aku bertekad akan membuat mertuaku keluar sampai tiga
kali. Aku memang khawatir hubunganku di pagi ini akan ketahuan istriku,
tapi persetanlah...que sera-sera. Apapun yang akan terjadi terjadilah.
Aku pun balik menyerang ibu mertuaku. Mulut dan lidahku dengan ganas
mempermainkan miliknya. Tanganku juga ikut aktif merabai, meremasi bibir
kemaluan dan menusuki lubang anal ibu mertuaku. Kelentitnya yang sudah
membengkak karena rangsangan seksual kujilati, dan keremasi dengan
gemas. Kumainkan pula apa yang ada di sekitar daerah kemaluannya.
Gabungan remasan jari, kobokan tangan di kemaluannya, dan serangan
lidahku berhasil membuat mertuaku keluar lagi untuk yang ketiga kalinya.
”Aaaaahhhh.... panji sayang ....” jerit nikmat ibu mertuaku. Cairan
birahi ibu mertua keluar deras dari lubang vaginanya. Langsung saja
kuhisap dan kutelan habis hingga tidak ada yang tersisa.
Akupun tersenyum, lalu aku merubah posisiku. Tanpa memberikan kesempatan
ibu mertuaku untuk beristirahat, kuarahkan batangku yang masih bugar
dan perkasa ini ke arah vaginanya, lalu kusetubuhi dia dalam posisi
misionaris. Kurasakan batangku menembus liang vagina seorang wanita
kepala 4 yang sudah beranak tiga, tapi masih terasa kekenyalan dan
kekesatannya. Tampaknya program jamu khusus organ tubuh wanita yang dia
minum berhasil dengan baik. Miliknya masih terasa enak dan nikmat
menggesek batangku saat keluar masuk.
Sambil menyetubuhi ibu mertuaku, aku mempermainkan buah dadanya yang
besar dan kenyal itu, dengan mulut dan tanganku. Kuraba-raba,
kuremas-remas, kujilat, kugigit, sampai payudara itu kemerah-merahan.
Puas bermain payudara tanganku mempermainkan kelentitnya, sementara
mulutku bergerilya di ketiaknya yang halus tanpa bulu, sementara tangan
satunya masih mempermainkan payudaranya. Tangan ibu mertuaku yang bebas,
meremas-remas rambutku, dan mencakar-cakar punggungku. Posisi nikmat
ini kami lakukan selama bermenit-menit, hingga 45 menit kemudian ibu
mertuaku mencapai orgasmenya yang keempat. Setelah itu dia meminta
istirahat. Aku sebenarnya malas mengabulkan permintaannya itu, karena
aku sedang tanggung, hampir mencapai posisi puncak. Namun akhirnya aku
mengalah.
”Panji kamu hebat banget deh, kamu sanggup membuat ibu keluar sampai empat kali” puji ibu mertuaku.
”Aah ibu bisa saja deh” kataku merendah.
”Padahal kamu sudah jogging 45 menit, tapi kamu masih saja perkasa” lanjut pujiannya.
”Itukan sudah jadi kebiasaanku, bu” aku berkata yang sebenarnya.
”Kamu benar-benar lelaki perkasa, Lilis beruntung mendapatkanmu” puji mertuaku lagi.
Lalu kami bercakap-cakap seperti biasanya. Sambil bercakap-cakap, tangan
ibu mertuaku nakal bergerilya di sekujur tubuhku. Terakhir dia kembali
mempermainkan batangku yang sudah mengerut ukurannya.
Aku bangkit, lalu beranjak dari tempat tidur. Ibu mertuaku memandangku
heran, dikiranya aku akan keluar dari kamarnya dan mengakhiri permainan
cinta kami. Tapi kutenangkan dia sambil berkata, ”Sebentar bu, aku akan
mengecek keadaan dulu”. Aku memang khawatir, aku takut istri dan anakku
bangun. Dengan cepat kukenakan kembali pakaian olahragaku dan keluar
kamar mertuaku. Ternyata dugaanku salah. Hari memang sudah beranjak
pagi, sekitar jam 6.15 menit, tapi istri dan anakku belum juga bangun.
Penasaran kuhampiri kamarku dan kamar tempat anakku tidur. Ternyata baik
anak maupun istriku masih tertidur lelap. Aku lega melihatnya.
Sepertinya permainan playstation semalam, berhasil membuat mereka
kolaps. Aku mendatangi jam weker di kamar keduanya, lalu kustel ke angka
9 pagi.
Aku menatap wajah istriku yang tertidur penuh kedamaian, sambil berkata
dalam hati, ”Tidurlah yang lama sayang, aku belum selesai menikmati
tubuh ibumu” lalu mengecup pipinya. Setelah itu, aku kembali ke kamar
mandi, mencuci tubuhku, lalu balik lagi ke kamar mertuaku. Kami terlibat
kembali dalam persetubuhan nikmat lagi. Dalam persetubuhan terakhir
ini, aku dan ibu mertuaku sama-sama meraih orgasme kami bersama dalam
posisi doggy anal. Sesudahnya aku balik ke kamar istriku, setelah
membersihkan diri di kamar mandi untuk yang terakhir kali, dan kemudian
mengenakan baju tidurku kembali.
Begitulah cerita seksku dengan Ibu mertuaku di suatu pagi hari yang
indah. Tidak ada Mia, ada Arini, mertuaku yang molek dan menggairahkan
0 comments:
Post a Comment