Cerita Dewasa:
Indah rambutmu mengurai kata cinta
Tiada indah dunia tanpa kehadiranmu..
Itulah sebait potongan lagu yang dinyanyikan kelompok musik Kahitna yang
berasal dariBandung. Lagu ini memiliki kenangan tersendiri dengan
kisahku berikut ini. Ini merupakan kisah nyata, yang kualami ketika aku
masih kuliah dulu. Namaku Roy, saat ini aku sudah bekerja di salah satu
kantor instansi pemerintah ternama di Ibukota.
*****
Cerita ini berawal ketika aku masih kuliah di kota Semarang. Sebut saja
namaku Roy, aku anak bungsu dari lima bersaudara. Selama aku kuliah aku
tinggal dirumah Tante Sri yang merupakan teman baik mamiku.
Tanteku namanya Sri Wahyuni, aku disuruhnya memanggilnya Tante tapi aku
kadang memanggilnya Tante Sri, karena aku sudah dianggap anaknya sendiri
olehnya. Tanteku seorang janda tanpa anak, suaminya meninggal karena
sakit, dan segala kebutuhanku baik itu biaya kuliah maupun uang saku
telah dipenuhi semua olehnya. Tanteku memang tidak terlalu tua umurnya
kurang lebih 39 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya
sangat terawat, karena rajin secara teratur mengikuti senam body
language. Biarpun sudah kepala tiga tubuh tanteku tetap terawat.
Pantatnya yang besar dan pinggulnya yang besar pula tapi pahanya yang
putih mulus singset tanpa tumpukan lemak. Payudaranya yang besar, aku
masih belum jelas berapa kira-kira ukurannya, tapi yang pasti masih
kenyal dan tidak kendor. Satu hal lagi adalah rambutnya yang hitam,
lebat, dan panjang sampai ke pantat.
Kejadian ini berawal dari kesenanganku melakukan onani. Pada siang itu
keadaan rumah pas lagi kosong, sedangkan Tante Sri telah keluar ke
supermarket sebentar.
"Lho Roy, kamu lagi ngapain kok tanganya dimasukin dalam celana kayak
gitu sih? " terdengar suara Tante Sri yang tepat berada di depan pintu
kamarku.
"Cuma gatal." jawabku sekenanya
"Kamu ini pagi-pagi sudah begitu, ayo mandi sana dulu biar segar."
Celetuk Tante Sri sambil membereskan tempat tidurku.
"Emang kalau sudah mandi, boleh diterusin Tante..? jawabku sambil memperhatikan wajahTante Sri.
"Ich.. maunya ya.? jawab Tante Sri sambil mencubit pahaku, kemudian dia keluar dari kamarku sambil tersenyum manja padaku.
Aku sempat berpikir bagaimana ya agar aku dapat menikmati tubuh Tante
Sri yang seksi, khususnya rambutnya itu ingin sekali aku memciuminya dan
membelainya. Belum selesai lamunanku, Tante Sri telah masuk kekamarku,
dengan memakai baju daster tipis tanpa lengan, sehingga payudaranya
kelihatan menyembul keluar, dan lekuk-lekuk tubuhnya yang kelihatan
sempurna.
"Gimana Roy?, Tante Sri cantik endak kalau pakai baju ini, kamu suka
enggak Roy?" tanyaTante Sri sambil memamerkan daster tipis tersebut
kepadaku.
"Bagus Tante.., Tante kelihatan sexy deh, apalagi kalau dipakai tiap
hari." jawabku sambil menutupi kemaluanku dengan bantal agar tidak
terlihat dengan Tante Sri, yang sejak tadi pagi sudah gaceng.
"Sungguh kamu mau Tante pakai baju kayak seperti ini setiap hari, Roy?"
jawab Tante Sri sambil memandangku, kemudian Tante Sri duduk diranjang
tepat di depanku.
Kemudian Tante Sri membuka ikatan rambutnya yang hitam lebat dan wangi
tergerai, membuatku berdesir terkena sibakan rambutnya. Kemudian
tanganku menyentuh dan membelai rambutnya yang tebal dan halus tersebut,
Tante Sri tidak berkata apa-apa, hanya memandangku sambil tersenyum dan
membelai keningku, hanya kadang digerak-gerakkan kepalanya, sehingga
aku semakin leluasa mempermainkan rambutnya.
Sambil terus membelai memainkan rambutnya, imajinasi seksku semakin
menjadi-jadi, sampai tiba-tiba lamunanku terhentak oleh suara Tante Sri,
"Kenapa Roy, senang ya sama rambutnya Tante..?'
Jantungku berdetak kencang,
"Eh.. iya, rambut Tante bagus panjang harum lagi" jawabku sekenanya.
"Ah kamu bisa aja, Tante tahu kamu sering perhatiin Tante kalau lagi yisir ya kan?"
"Tante kok tahu sih ma?" jawabku sambil bangun dan duduk dekat Tante Sri.
"Iya tahu sih..!" jawab Tante Sri sambil membetulkan dasternya.
Tanpa menjawab, aku langsung memeluk Tante Sri dengan lembut, dia
mengusap-usap pungungku, dan menciumi leherku dan pipiku. Tubuhku tambah
merapat ke tubuh Tante Sri, sementara tanganku membelai-belai
rambutnya. Tegangan semakin tinggi, dan dengan sengaja tubuhku
kurapatkan ketubuhnya, sekarang posisinya Tante Sri sedang memangku
diriku, kurasakan dadaku bersentuhan langsung dengan kedua payudaranya
sekaligus sambil kuciumi lehernya.
Tante Sri yang sudah mulai terangsang, dan tanpa berkata apa-apa
langsung merebahkan diriku, tangannya sudah mulai bereaksi melorotkan
celana pendekku dan celana dalamku sambil menyambar penisku yang sudah
tegang, kemudian langsung dikocok-kocok dengan lembut, tidak mau kalah
dengan tanteku. Tanganku semakin leluasa meremas-remas rambut dan
payudara sekaligus kuciumi rambutnya yang semakin menambah nafsu
birahiku.
Penisku yang sedari tadi dikocok-kocok dengan lembut, kemudian dia
menungging menjilati penisku. "Auh..uh..!" rintihku menahan kenikmatan
yang telah diberikan Tante Sri kepadaku.
Penisku dikenyot-kenyot sampai berwarna merah menahan kenikmatan,
"Ah.. auh.. Tante.., aku sudah nggak tahan Tante..!"
Tante Sri bahkan tidak menjawab, malah semakin keras menyedot penisku.
Tubuhku semakin mengejang dan tapa bisa kubendung lagi, keluarlah cairan
putih kental ke mulutnya, sambil tergolek lemas tanganku masih tetap
menjambak rambutnya yang sudah tergerai tidak beraturan. Tante telan
semua cairan spremaku.
Tante Sri memelukku, menciumiku, dia tersenyum melihat tingkahku yang salah tingkah.
"Tidak usah takut ya sayang.., gimana rasanya?"
"Enak Tante, tapi Roy takut Tante!" jawabku dengan perasaan belum tenang.
"Sudahlah.., tidak apa apa sayang, Tante tidak mungkin hamil oleh kamu
sayang? Tantemandul sayang, sudah kamu tenangkan dulu pikiranmu, nanti
Tante ajari yang lebih enak."
Kemudian dia menciumku dengan lembut, membuka dasternya sehingga
terlihatlah payudaranya yang besar (Tante bilang ukurannya 36B), puting
susunya kecil tapi menonjol seperti buah kelereng yang berwarna coklat
kemerah-merahan.
"Roy sayang sini pegang payudaranya Tante gih.!"
"Iya Tante?" jawabku kemudian langsung aku pegang membelakangi, jadi
Tante dapat bersandar ditubuhku, sedangkan aku dengan leluasa menciumi
rambutnya dan kedua tanganku meremas-remas payudaranya, penisku
kedekatkan ke pungung Tanteku. Rupanya Tante tahu yang kumaksud, Tante
gusel-guselkan rambutnya persis dikepala penisku rambutnya yang lebat
dan harum berserakan menutupi penisku. Kemudian aku putar tubuh Tante,
kuciumi bibirnya lama sekali hampir lima menit kulakukan, kemudian
kuciumi payudaranya kiri dan kanan dan kuremas-remas terus bergantian.
"Aghh.., aghh.., aghh.."
Suara itu keluar dari mulut tanteku di iringi dengan suara dari mulutku
yang terus menghisap kedua payudaranya (Tante tidak memperbolehkan aku
menghisap vaginanya, dikarenakan Tante mengangap kotor dan jijik aku sih
oke-oke aja sih).
Begitu seterusnya hingga, "Udahh, aghh, aghh.. masukin aja punya kamu sayang".
Aku rebahkan tanteku kemudian kusibakan rambutnya kedepan sehingga
payudaranya tertutup rambutnya, kuelus-elus vaginanya Tante yang sudah
basah dan merah, penisku dipegangnya dibimbingnya masuk kelubang
tersebut.
"Sleb.. sleb..!"
Sambil kupompa, kuputar-putar di dalam mengikuti gerakan pantat Tante,
sambil terus memompa bibirku dan bibir tanteku bertahutan terus seperti
sepasang kekasih yang tidak mau lepas sedangkan tanganku meremas-remas
payudaranya yang masih tertutup rambutnya.
"Aduh.. Roy, terus.. Roy" sambil tangan Tante meremas pantatku.
Penisku semakin mengeras, sementara vagina Tante terasa berdenyut. Mungkin sudah sekitar lima belas menit kami berpautan.
"Oh.. Roy.. oh.. sayang.., aduh enak Roy..Tante nggak tahan say.." rintih Tante.
Akupun semakin bernafsu memompa penisku ke vagina Tante. sampai kedua
tubuh kami mengejang dan memyemburlah cairan spermaku yang kedua kalinya
di vagina tanteku, kami berdua telah menikmati puncak orgasme sampai
benar-benar habis, dan baru kucabut penisku setelah kami kelelahan.
Kemudian Tante bangun menjilat-jilat penisku dan membersihkan sisa
spermaku. Setelah itu kami berdua menuju ke ruang tengah, aku duduk
membelakangi Tante Sri dalam keadaan telanjang bulat.
"Bagaimana Roy, puas enggak sama Tante..?" tanya Tante Sri sambil menarik tanganku kemudian meletakkannya di payudaranya.
"Enak Tante, punya Tante enak Tante, makasih ya Tante" sahutku
"Tante senang, bahagia kalau sayang puas. Tante sebenarnya sudah lama
pingin sama Roy, tapi Tante takut.., iya kalau mau, kalau enggak tante
kan yang malu sayang."
"Cium Tante sayang".
"Emh.. uah.. emh.. uah, rambut Tante cium juga dong sayang emh.. uah" sahut Tante sambil tersenyum manis padaku.
"Tante, Roy sayang sama Tante.. emh.. uah"
"Iya, Tante juga sayang kok ama Roy, tapi Roy? Tante masih pingin, Roy
mau engak..?" tanya Tanteku manja sambil memegang penisku
"Jelas mau dong tante, Roy kan sayang banget sama Tante, tapi Tante janji ya sama Roy".
"Janji apa sayang"
"Rambut Tante yang panjang ini, jangan dipotong ya.. Tante, ya.. Roy suka Tante" jawabku.
Kulihat Tante menyibakkan rambutnya kedepan tergerai memenuhi dadaku, harum wanginya .
dengan tersenyum Tante menjawab
"Iya ini buat anak Tante yang tersayang kok, Tante janji tidak akan
Tante potong justru nanti mau Tante panjangin buat Roy, tapi nanti Roy
yang nyisirin rambut Tante tiap hari ya sayang" "Terus anak Tante minta
apa lagi ya.. ama Tante" sambil mencium bibirku.
"Roy mau Tante pakai baju yang sexy, soalnya Roy seneng liat payudaranya
Tante yang besar itu sama lihat vaginanya Tante yang banyak bulunya
itu.. lho tante?" kataku sambil memegang payudaranya dan vaginanya
Tante.
"Uuhh.. nakal ya sama Tante, iya Tante nanti tiap hari pakai baju yang
sexy, kalau tidak Tante biar tidak pakai baju aja biar anak Tante seneng
bisa liat punya tantenya, Roy sayang juga boleh kok.., menyetubuhi
Tante tiap hari, pokoknya..? kapanpun Roy mau..? dimanapun..? Tante siap
gelayani Roy..ya sayang.., sudah Roy tidak ada permintaanS lagi
sayang..?"
"Enggak Tante, Tante makasih ya Tante, Roy sayang sama Tante" sahutku sambil memandang tanteku.
Setelah beristirahat, kami melanjutkan persetubuhan kami sampai jam 3
pagi. Setelah itu kami tertidur dalam keadaan telanjang bulat, keesokan
harinya kami lakukan lagi persetubuhan tersebut dan tidak terhitung
berapa kali kami bersetubuh.
1 comments:
Post a Comment