Thursday, November 22, 2012

Menunggu Sikap Tegas Para Pemimpin Islam Terhadap Israel

Kairo - Zionis-Israel mengulangi kembali petualangan militernya di Gaza. Agresi militer Zionis-Israel ke Gaza sekarang ini, tujuannya ingin menguji seberapa besar ancaman Hamas terhadap keamanan negeri Zionis itu. Adakah Hamas sebagai sebagai sebuah entitas politik dan militer sudah benar-benar menjadi ancaman bagi negeri Zionis?
Zionis-Israel tahun 2008, sudah melakukan agresi militer ke Gaza, yang menewaskan penduduk Gaza, dan ribuan lainnya yang mengalami luka-luka. Menghancurkan seluruh infrastruktur wilayah Gaza. Tetapi, Zionis-Israel sesudah tiga puluh hari berperang yang sangat melelahkan itu, tak berhasi menggulung Hamas.
Padahal, waktu itu (2008), kondisi Gaza sangatlah lemah, karena sejak kemenangan pemilu Hamas di tahun 2006, Zionis-Israel melakukan embargo terhadap Gaza. Wilayah yang luas hanya 40 km persegi itu, siang malam dihujani peluru dari udara dan darat. Bahkan, Zionis-Israel melanggar konvensi Jenewa, dan menggunakan bom curah (cluster) menyerang Gaza.
Desember 2008, Perdana Menteri Israel, Olmert secara sepihak mengumumkan gencatan senjata. Tanpa berhasil mengakhiri pemerintahan Hamas yang dipimpin oleh Perdana Menteri Ismail Haniyah. Perang yang berlangsung sangat dahsyat itu, secara psychologis telah menimbulkan kebanggaan bagi gerakan Hamas, yang sangat sedikit kehilangan pasukannya. Justeru yang banyak menjadi korban kejahatan Zionis-Israel, rakyat sipil, seperti perempuan, anak-anak dan orang tua.
Sekarang, Zionis-Israel ingin menguji kekuatan militer Hamas, yang sudah dianggap menjadi ancaman secara serius dibandingkan dengan Iran atau Hesbullah di Lebanon.
Hamas semakin kuat dan memiliki persenjataan yang semakin canggih. Rudal yang dibuat oleh Hamas sudah mampu menjangkau ke dalam wilayah Israel, bukan hanya Tel Aviv, tetapi wilayah-wilalyah  lainnya. Inilah yang membuat Zionis-Israel semakin tertekan. Disamping itu, jumlah senjata yang mengalir ke Gaza semakin banyak, dan kemampuan pasukan yang dibangun Hamas, semakin profesional.
Kekawatiran Zionis-Israel terhadap Hamas terus meningkat, dan bersamaan dengan terjadinya perubahan politik, dan negara-negara Arab yang dahulunya menjadi sekutu Israel, sekarang berubah memusuhi negara Zionis itu. Tetapi, ketakutan Zionis, terkait semakin banyak senjata yang mengalir ke wilayah yang sangat sempit, yang sudah diblokade oleh Zionis.
Duta Besar Amerika Serikat di Libya, J.Christhoper Steven, salah misinya ke Libya dengan sejumlah anggota CIA, ingin mendapatkan informasi yang layak, terkait dengan hilangnya ribuan rudal darat ke udara yang menjadi milik pemerintahan Libya. Ada kemungkinan senjata yang canggih itu, sudah menyebar sampai ke Gaza.
Karena itu, Hamas sudah tidak gentar lagi menghadapi perang yang dilancarkan oleh Zionis-Israel, dan Hamas menolak berbagai upaya pendekatan gencatan senjata. Ini menunjukkan kemampuan Hamas dan pejuang Palestina lainnya, yang semakin meningkat menghadapi Zionis-Israel.
Situasi yang berkecamuk ini, mendorong Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, Presiden Mesir Mohammad Mursi, Perdana Qatar Sheikh Thani, dan Kepala Biro Politik Hamas Khaled Misy'al, melakukan pertemuan di Kairo, membahas situasi Gaza yang nampaknya mendorong ke perang terbuka, Sabtu. Sementara itu, Presiden Turki Abdullah Gul menggambarkan serangan Israel di Jalur Gaza sebagai "Langkah berdarah Netanyahu menjelang pemilu di Israel", ujar Gul.

Gul mengatakan, berbicara kepada wartawan saat mengunjungi Kantor Gubernur di provinsi Turki utara Kastamonu terletak di Laut Hitam pada hari Jumat, bahwa "Serangan terjadi sebelum pemilu Israel" pada bulan Januari, sebagai investasi berdarah di pemilu. Netanyahu inign menunjukkan kepada rakyat Israel, bahwa pemerintahan serius dalam melindungi negara dari ancaman keamanan oleh Hamas.

"Pembantaian di Gaza pada tahun 2008, di mana sedikitnya 1400 orang tewas juga terjadi sebelum pemilu Israel," kata Presiden Turki. Dia menyerukan kepada masyarakat internasional untuk campur tangan dan tidak membiarkan perang baru dan berdarah terjadi di Gaza.

Timur Tengah terjadi komplikasi antara agresi militer Zionis-Israel dan konflik yang sekarang di Suriah. Semua ini membawa melapetaka yang sangat serius bagi keamanan negara-negara Arab. Tentu, yang dibutuhkan sikap tegas para pemimpin Arab dan Dunia Islam menghadap Zionis-Israel, tanpa kompromi, dan memberikan dukungan kepada Hamas dan para pejuang Palestina lainnya.

0 comments: