Cerita Dewasa - Sejak itu, ibuku menjanda sampai tiga tahun lamanya.
Baru setahun yang lalu diam-diam ibu pacaran dengan duda tanpa anak,
teman sekantor ayahku dulu. Namanya Sutoyo, usianya sama dengan ibuku,
42 tahun. Sebenarnya aku sudah curiga, sebab Pak Toyo (aku memanggil-nya
"Pak" karena teman ayahku) yang rumahnya jauh sering datang minum jamu
dan ngobrol dengan ibuku.
Lama-lama mereka jadi akrab dan lebih banyak ngobrolnya daripada minum
jamu. Kecurigaanku terbukti ketika pada suatu hari. ibu memanggilku dan
diajaknya bicara secara khusus.
"Begini Cyn", kata ibu waktu itu.
"Ayahmu kan sudah tiga tahun meninggalkan kita, sehingga ibu sudah cukup lama menjanda."
Aku langsung bisa menebak apa yang akan dikatakan ibu selanjutnya. Aku
sudah cukup dewasa untuk mengetahui betapa sepinya ibu ditinggal ayah.
Ibu masih muda dan cantik, tentunya ia butuh seseorang untuk
mendampinginya, melanjutkan kehidupan. Aku sadar sebab aku juga wanita
meski belum pernah menikah.
"Ibu tak bisa terus menerus hidup sendiri. Ibu butuh seseorang untuk
mendampingi ibu dan merawat kalian berdua, kamu dan adikmu masih butuh
perlindungan, masih butuh kasih sayang dan tentu saja butuh biaya untuk
melanjutkan studi, kalian demi ibu sudi menikah kembali dengan Pak Toyo
dengan harapan masa depan kalian lebih terjamin.
Kamu mengerti?" begitu kata ibu.
"Ibu mau menikah dengan Pak Toyo?" aku langsung saja memotongnya.
"Tidak apa-apa kok Bu, Pak Toyo kan orang baik, duda lagi. Apalagi dia kan bekas teman ayah dulu!".
"Rupanya kamu sudah cukup dewasa untuk bisa membaca segala sesuatu yang
terjadi sekelilingmu, Cyn", ibu tersenyum. "Kamu benar-benar mirip
ayahmu."
Cerita Dewasa - Tak berapa lama kemudian ibu menikah dengan Pak Toyo
dengan sangat sederhana dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat. Sesudah
itu ibu diboyong ke rumah Pak Toyo, dan rumah kami, kios dan segala
isinya menjadi tanggung jawabku. Ibu datang pagi hari setelah kios aku buka dan pulang sore hari dijemput Pak Toyo sepulangnya dari kantor.
Kehidupan kami bahagia dan biasa-biasa saja sampai pada suatu hari,
sekitar empat bulan setelah ibu menikah, suatu tragedi di rumah tangga
terjadi tanpa setahu ibuku. Aku memang sengaja diam dan tidak
membicarakan peristiwa itu kepada ibuku, aku tidak ingin melukai
perasaannya. Aku terlalu sayang pada ibu dan biarlah kutanggung sendiri.
Kejadian itu bermula ketika aku sedang berada di rumah ibuku (rumah Pak
Toyo) mengambil beberapa barang dagangan atas suruhan ibu. Hal tersebut
biasa kulakukan apabila aku sedang tidak kuliah. Bahkan aku juga sering
tidur di rumah ibuku bersama adik. Tak jarang sehari penuh aku berada di
rumah ibu saat ibu berada di rumah kami menjaga kios jamu.
Kadangkala aku memang butuh ketenangan belajar ketika
sedang menghadapi ujian semester. Rumah ibu Sepi di siang hari sebab
Pak Toyo bekerja dan ibu menjaga kios, sementara di rumah itu tidak ada
pembantu. Siang itu ibu menyuruhku mengambil beberapa barang di rumah
Pak Toyo karena persediaan di kios habis. Ibu memberiku kunci agar aku
bisa masuk rumah dengan leluasa. Tetapi ketika aku datang ternyata rumah
tidak dikunci sebab Pak Toyo ada di rumah. Aku sedikit heran, kenapa
Pak Toyo pulang kantor begitu awal, apakah sakit?.
"Lho, Bapak kok sudah pulang?" tanyaku dengan sedikit heran. "Sakit ya Pak?".
"Ah tidak", jawab Pak Toyo." Ada beberapa surat ketinggalan. kamu sendiri kenapa kemari? Disuruh ibumu ya?".
"Iya Pak, ambil beberapa barang dagangan", jawabku biasa-biasa saja.
Seperti biasa aku terus saja nyelonong masuk ke ruang dalam untuk
mengambil barang yang kuperlukan.
Cerita Dewasa - Tak kusangka, Pak Toyo mengikutiku dari belakang. Ketika
aku sudah mengambil barang dan hendak berbalik, Pak Toyo berdiri begitu
dekat dengan diriku sehingga hampir saja kami bertubrukan. Aku kaget
dan lebih kaget lagi ketika tiba-tiba Pak Toyo memeluk pinggangku. Belum
sempat aku protes, Pak Toyo sudah mencium bibirku, dengan lekatnya.
Barang dagangan terjatuh dari tanganku ketika aku berusaha mendorong
tubuh Pak Toyo agar melepaskan tubuhku yang dipeluknya erat sekali.
Tetapi ternyata Pak Toyo sudah kerasukan setan jahanam. Ia sama sekali
tak menghiraukan doronganku dan bahkan semakin mempererat pelukannya.
Aku tak berhasil melepaskan diri. Pak Toyo menekan tubuhku dengan
tubuhnya yang besar dan berat. Aku mau berteriak tetapi tiba-tiba tangan
kanan Pak Toyo menutup mulutku.
"Kalau kamu berteriak, semua tetangga akan berdatangan dan ibumu akan sangat malu", katanya dengan suara serak.
Nafasnya terengah-engah menahan nafsu. "Berteriaklah agar kita semua malu!"
Aku jadi ketakutan dan tak berani berteriak. Rasa takut dan kasihan
kepada ibu membuat aku luluh. Pikirku, bagaimana kalau sampai orang lain
tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang diperbuat suami ibuku
terhadapku.
Belum lagi aku jernih berpikir Pak Toyo menyeretku masuk ke kamar tidur dan mendorongku sampai jatuh telentang di tempat tidur.
Dengan garangnya Pak Toyo menindih tubuhku dan menciumi wajahku.
Sementara tangannya yang kanan tetap mendekap mulutku, tangan kirinya
mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Benda kecil licin segera
dipaksakan masuk ke dalam mulutku. Benda kecil yang ternyata kapsul
lunak itu pecah di dalam mulut dan terpaksa tertelan.
Setelah menelan kapsul itu mataku jadi berkunang-kunang, kepalaku jadi
berat sekali dan anehnya, gairah seksku timbul secara tiba-tiba.
Jantungku berdebar keras sekali dan aliran darahku terasa amat cepat.
Entah bagaimana, aku pasrah saja dan bahkan begitu mendambakan sentuhan
seorang lelaki. Gairah itu begitu memuncak dan menggebu-gebu itu datang
secara tiba-tiba menyerang seluruh tubuhku.
Samar-samar kulihat wajah Pak Toyo menyeringai di atasku. Perlahan-lahan
ia bangkit dan melepaskan seluruh pakaianku. Kemudian ia membuka
pakaiannya sendiri. Aku tak bisa menolak. Diriku seperti terbang di
awang-awang dan meski tahu apa yang sedang terjadi, tetapi sama sekali
tak ada niat untuk melawan.
Begitu juga ketika Pak Toyo yang sudah tak berpakaian menindih tubuhku
dan menggerayangi seluruh badanku, aku pasrah saja. Bahkan ketika aku
merasakan suatu benda asing memasuki tubuhku, aku tak bisa berbuat
apa-apa. Tak kuasa untuk menolak, karena aku merasakan kenikmatan luar
biasa dari benda asing yang mulai menembus dan bergerak-gerak di dalam
liang kewanitaanku. Kesadaranku entah berada di mana. Hanya saja aku
tahu, apa yang sedang terjadi pada diriku, Aku telah diperkosa Pak Toyo!
Ketika siuman, kudapati diriku telentang di ranjang Pak Toyo (yang juga
ranjang ibuku) tanpa busana. Pakaianku berserakan di bawah ranjang.
Sprei morat-marit dan kulihat bercak darah di sprel itu. Aku menangis..,
aku sudah tidak perawan lagi! Aku sudah kehi1angan apa yang paling
bernilai dalam hidup seorang wanita.
Aku merasa jijik dan kotor. Aku bangkit dan bagian bawah tubuhku terasa
sakit sekali.., nyeri! Tetapi aku tetap berusaha bangkit dan dengan
tertatih-tatih berjalan ke kamar mandi.
Kulihat jam dinding, Wah.., Sudah tiga jam aku berada di rumah itu. Aku
harus segera pulang agar ibu tidak menunggu-nunggu. Aku segera mandi dan
membersihkan diri serta berdandan dengan cepat.
Kuambil barang dagangan yang tercecer di lantai dan segera pulang. Pak
Toyo sudah tidak kelihatan lagi, mungkin sudah kembali ke kantor.
Kubiarkan ranjang morat-marit dan sprei berdarah itu tetap berada di
sana. Aku tak peduli. Hatiku sungguh hancur lebur. Kebencianku kepada
Pak Toyo begitu dalam. Pada suatu saat, aku akan membalasnya.
"Kok lama sekali?" tanya ibu ketika aku datang.
"Bannya kempes Bu, nambal dulu!" jawabku sambil mencoba menutupi perubahan wajahku yang tentu saja pucat dan malu.
Kuletakkan barang dagangan di meja dan rasanya ingin sekali aku memeluk
ibu dan memohon maaf serta menceritakan apa yang telah dilakukan
suaminya kepadaku. Tetapi hati kecilku melarang. Aku tak ingin membuat
ibu sedih dan kecewa. Aku tak ingin ibuku kehilangan kebahagiaan yang
baru saja didapatnya. Aku tak kuasa membayangkan bagaimana hancurnya
hati Ibu bila mengetahui apa yang telah dilakukan suaminya kepadaku.
Biarlah Untuk sementara kusimpan sendiri kepedihan hati ini.
Cerita Dewasa - Dengan alasan hendak ke rumah teman, aku mandi dan
membersihkan diriku (lagi). Di kamar mandi aku menangis sendiri,
menggosok seluruh tubuhku dengan sabun berkali-kali. Jijik rasanya aku
terhadap tubuhku sendiri. Begitu keluar dan kamar mandi aku langsung
dandan dan pamit untuk ke rumah teman.
Padahal aku tidak ke rumah siapa-siapa. Aku larikan motorku keluar kota
dan memarkirnya di tambak yang sepi. Aku duduk menyepi sendiri di sana
sambil menguras air mataku.
"Ya Tuhan, ampunilah segala dosa-dosaku" ratapku seorang diri.
Baru sore menjelang magrib aku pulang. Ibu sudah dijemput Pak Toyo
pulang ke rumahnya sehingga aku tak perlu bertemu dengan lelaki bejat
itu. Kios masih buka dan adik yang menjaganya. Ketika aku pulang, aku
yang menggantikan menjaga kios dan adik masuk untuk belajar.
Untuk beberapa hari lamanya aku sengaja tidak ingin bertemu Pak Toyo.
Malu, benci dan takut bercampur aduk dalam hatiku. Aku sengaja
menyibukkan diri di belakang apabila pagi-pagi Pak Toyo datang mengantar
ibu ke kios. Sorenya aku sengaja pergi dengan berbagai alasan saat Pak
Toyo menjemput ibu pulang.
Namun meski aku sudah berusaha untuk terus menghindar, peristiwa itu toh
terulang lagi. Peristiwa kedua itu sengaja diciptakan Pak Toyo dengan
akal liciknya. Ketika sore hari menjemput ibu, Pak Toyo mengatakan bahwa
ia baru saja membeli sebuah sepeda kecil untuk adikku, Charles. Sepeda
itu ada di rumah Pak Toyo dan adik harus diambil nya sendiri.
Tentu saja adikku amat gembira dan ketika Pak Toyo menyarankan agar adik
tidur di rumahnya, adik setuju dan bahkan ibu dengan senang hati
mendorongnya. Bertiga mereka naik mobil dinas Pak Toyo pulang ke rumah
mereka. Karena tidak ada orang lain di rumah, sebelum Pukul sembilan
kios sudah kututup.
Rupanya, setelah sampai di rumah dan menyerahkan sepeda kecil kepada
adik, Pak Toyo beralasan harus kembali ke kantor karena ada pekerjaan
yang harus diselesaikannya malam itu juga. Ibu tidak curiga dan sama
sekali tidak mengira kelau kepergian suaminya sebenarnya tidak ke
kantor, melainkan kembali ke kios untuk nemperkosaku.
Waktu itu sudah pukul sepuluh malam dan kios sudah lama aku tutup.
Tiba-tiba saja Pak Toyo sudah ada di dalam rumah. Rupanya Ia punya kunci
milik ibu sehinga ia bisa bebas keluar masuk rumah kami. Aku amat kaget
dan ingin mendampratnya, tetapi kembali dengan tenang dan wajah
menyeringai, Pak Toyo mengancamku.
"Ayo, berteriaklah agar semua tetangga datang dan tahu apa yang sudah aku lakukan terhadapmu!" ancamnya serius.
"Ayo berteriaklah agar ibumu malu dan seluruh keluargamu tercoreng!" tambahnya dengan suara serak.
Cerita Dewasa - Sekali lagi aku terperangah. Mulutku sudah mau berteriak
tetapi kata-kata Pak Toyo sekali mengusik hatiku. Perasaan takut akan
terdengar tetangga, ketakutan nama ibuku akan menjadi tercoreng,
kecemasan bahwa tetangga akan mengetahui peristiwa perkosaanku, aku
hanya berdiri terpaku memandang wajah penuh nafsu yang siap menerkamku.
Aku tak bisa berpikir jernih tagi. Hanya perasaan takut dan takut yang
terus mendesak naluriku.
Sebelum aku mampu mengambil keputusan apa yang akan kulakukan, Pak Toyo
sudah maju dan mendekap tubuhku. Sekali lagi aku ingin berteriak tetapi
suaraku tersendat di tenggorokan. Entah bagaimana awalnya namun yang aku
tahu lelaki itu sudah menindih tubuhku dengan tanpa busana. Yang jelas,
malam itu aku terpaksa melayani nafsu suami ibuku yang menggebu-gebu.
Dengan ganas ayah tiriku itu memperlakukan aku seperti pelacur. Ia memperkosaku berkali-kali tanpa belas kasihan.
Dengus nafasnya yang berat dan tubuhnya yang menindih tubuhku apalagi
ketika ada sesuatu benda keras mulai masuk menyeruak membelah bagian
sensitif dan paling terhormat bagi kewanitaanku membuat aku merintih
kesakitan. Aku benar-benar dijadikannya pemuas nafsu yang benar-benar
tak berdaya.
Pak-Toyo kuat sekali. Ia memaksaku berbalik kesana kemari berganti
posisi berkali-kali dan aku terpaksa menurut saja. Hampir dua jam Pak
Toyo menjadikan tubuhku sebagai bulan-bulanan nafsu seksnya. Bukan main!
Begitu ia akan selesai kulihat Pak Toyo mencabut batangannya dari
kemaluanku dengan gerakan cepat ia mengocok-ngocokkan batangannya yang
keras itu dengan sebelah tangannya dan dalam hitungan beberapa detik kulihat cairan putih kental menyemprot dengan banyak dan derasnya keluar dari batang kejantanannya.
0 comments:
Post a Comment