Jakarta, Perkosaan adalah mimpi buruk semua wanita. Tak
hanya mengakibatkan trauma berkepanjangan, kejahatan ini juga dapat
menyebabkan kehamilan yang tak diinginkan. Beberapa penelitian menemukan
bahwa peluang hamil akibat perkosaan lebih besar dibanding hubungan
seks biasa.
Melisa Holmes, spesialis kandungan di South Carolina, AS, memimpin
penelitian mengenai kehamilan akibat perkosaan menggunakan data dari
National Crime Victims Center. Penelitiannya yang diterbitkan pada tahun
1996 menemukan bahwa 5 persen wanita usia suburkorban perkosaan menjadi
hamil.
Peluang ini lebih besar dibanding hubungan seks suka sama suka. Sebuah
penelitian tahun 2001 dari Princeton University dan the National
Institute of Environmental Health Sciencesmenemukan bahwa kemungkinan
hamil akibat hubungan seks biasa tanpa kondom hanyalah sebesar 3,1
persen.
Di Amerika Serikat, pemerkosaan mengakibatkan sebanyak 32.101 kehamilan
per tahunnya. Pada tahun 2003, Jonathan dan Gottschall Tiffani dari St
Lawrence University menemukan bahwa kemungkinan kehamilan akibat
perkosaan ternyata lebih tinggi.
Dari hasil survei terhadap 8.000 orang wanita di seluruh negeri,
sebanyak 6,4 persen wanitakorban perkosaan berusia subur mengalami
kehamilan. Apabila si korban tidak menggunakan obat pengontrol
kelahiran, kemungkinannya meningkat jadi 8 persen.
"Data yang tersedia tidak memberi alasan untuk berpikir bahwa kehamilan
akibat pemerkosaan adalah jarang atau sedikit dibandingkan kehamilan
akibat hubungan seks suka sama suka," kata Jonathan Gotschall seperti
dilansir Popular Science, Kamis (23/8/2012).
Alasan kenapa risiko kehamilan akibat perkosaan lebih tinggi diduga
karena pemerkosa cenderung menargetkan wanita muda yang sedang berada
puncak usia suburnya. Nyatanya, perkosaan paling banyak terjadi pada
wanita berusia di bawah 25 tahun dan gadis yang menjelang pubertas.
"Pemerkosa tidak memilih korban secara acak. Tanpa disadari, pemerkosa
menargetkan korbanberdasarkan kemungkinannya untuk terbuahi oleh sperma
dan cenderung menargetkan wanita muda yang sedang tinggi kemampuannya
untuk bereproduksi," kata Gordon Gallup, psikolog evolusi di SUNY Albany
yang menulis buku 'The Oxford Handbook of Sexual Conflict in Humans'.
Para pria memiliki kemampuan untuk 'membaca' tanda-tanda kesuburan dan
mengejar wanita yang paling menarik atau subur. Pemerkosa menargetkan
korban tidak hanya atas dasar usia saja, tetapi berdasarkan seluruh
sinyal fisik dan perilaku yang menunjukkan kemampuan korbanuntuk dapat
hamil.
Bahkan, air mani sendiri ditemukan memiliki kandungan yang mendukung
keberhasilan reproduksi. Air mani mengandung follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone(LH) yang memicu ovulasi atau
lepasnya sel telur pada wanita.
Sebuah penelitian tahun 1973 menemukan bahwa 70 persen dari kehamilan
akibat perkosaan terjadi di luar periode paling subur pada wanita.
Bahkan sebuah penelitian tahun 1949 melaporkan adanya 7 orang wanita
yang hamil akibat perkosaan, padahal sudah tidak mengalami menstruasi
selama 2 tahun.
Gallup menjelaskan, air mani yang sangat berisiko menyebabkan kehamilan
justru yang dihasilkan dari hubungan seks yang terputus atau coitus
interupptus, misalnya menarik penis dari vagina saat berhubungan seks
menjelang ejakulasi.
0 comments:
Post a Comment